Sabtu, 14 Maret 2009

PAHLAWANKAH DIA?

Oleh Yusri
Malam yang terasa amat dingin karena sepertinya cuaca malam itu kurang bersahabat yang dapat dilihat dari menghilangnya bulan dan bintang-bintang yang ditutupi oleh awan hitam yang tebal sehingga membuat oang-orang pada enggan untuk keluar rumah. Berangkat dari perasaan bosan karena dari siang selepas pulang kerja selalu berada dirumah saja tanpa ada aktivitas akan membuat kejenuhan tersendiri. Dengan langkah yang tidak pasti ku pacu sepeda motorku mengelilingi suasan malam Kota Raja Tenggarong, belum lama berjalan tiba-tiba Handphonku berdering satu panggilan dari seorang teman kuliah memanggilku. Singkat cerita dia menyuruhku datang ke-Pelabuhan Museum Mulawarman, karena memang temanku seorang motoris kapal penyebrangan menuju pulau Kumala, tanpa pikir panjang lagi ku putar sepeda motorku menuju tempat yang temanku sudah menunggu. Tapi sebelum menuju pelabuhan tersebut aku pulang ke-kost-an dulu untuk mengambil pancing. Karena ku pikir akan lebih seru sambil diskusian atau ngobrol-ngobrol nantinya sambil mancing jukut atau udang, sesampainya aku dipelabuhan tersebut ternyata sudah ada dua orang sahabatku yang menunggu kehadiranku.
Memang kami biasanya selalu berkumpul bertiga...yah kalau ada trio macan...kami mirip-mirip trio Raja Singa, karena sudah terbiasa selalu ngumpul dengan teman2 dikapal pelabuhan tanpa terasa kami sudah larut dalam pembicaraan mulai dari topik anak dewasa, politik, sosial, ekonomi, dan budaya semua kami lahap sampai habis walaupun dalam hal-hal tersebut kami masih dalam proses belajar, tapi ku pikir inilah masanya pembelajaran. Saking terlalu seriusnya kami berdiskusi sampai-sampai tanpa kami sadari ada suara seorang perempuan minta izin numpang kekamar kecil untuk buang air kecil, karena memang tidak mengganggu kami mempersilahkan perempuan tersebut untuk meminjam kamar kecil itu...ya hitung-hitung membantu orang lain lah...siapa tahu dicatat oleh malaikat kebaikan karena sudah membantu dengan iklas. Tapi dibalik itu semua timbul pertanyaan dalam hatiku di malam yang dingin dan mendung begini ditambah lagi jam sudah menunjukkan suasana yang sudah agak larut malam yang sejatinya tidak pantas seorang perempuan kalayapan dimalam yang mana orang-orang pada ingin memeluk bantal guling berdiam diri didalam rumah..tapi ini kok tidak?, larut dalam pemikiranku yang selalu bertanya-tanya. Tiba-tiba muncul perempuan tadi yang ada dalam lamunanku, tanpa disadari lagi perempuan tersebut ikut nimbrung bergabung dengan kami yang notabene kami tidak mengenalnya, yang sebelumnya dia mengucapkan terima kasih karena kami sudah berbaik hati mengizinkan dia untuk kekamar kecil. Selanjutnya karena perempuan itu bergabung dengan kami otomatis diskusian kami terhenti dan sebagai orang yang mengerti tata krama kami lebih mengutamakan tamu...karena kami menganggap perempuan tadi sebagai tamu, karena perempuan tersebut cukup supel dengan kami walaupun sama-sama saling tidak mengenal kami sudah terlibat dalam pembicaraan yang tidak tidak tentu arahnya, karena cukup lama terlibat dalam pembicaraan yang tidak tentu arahnya tadi aku mulai memahami siapa si perempuan itu, ternyata dia adalah seorang chicken night, walaupun aku tidak menanyakan namanya tapi dia selalu menjawab semua yang kami tanyakan, mulai dari awal hidupnya sampai dia bisa berenang dalam kubangan hitam sampai dengan price dia..astagfirullah.
Ternyata dia seorang janda yang ditinggalkan suaminya dengan mempunyai tiga orang anak yang kesemuanya anak perempuan, dilihat dari wajahnya seakan tidak sesuai dengan usianya yang sudah memiliki tiga orang anak, tapi kemungkinan dia menikah di usia yang muda. Semakin larutnya kami terlibat pembicaraan dengan perempuan itu semakin bisa saya memahami dengan kehidupan malam yang dijalaninya, ternyata selain karena faktor kecewa dengan pria yang pernah menjadi suaminya dulu dia juga terbentur faktor ekonomi yang katanya demi memenuhi kebutuhan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Jujur saya akui walaupun saya seorang laki-laki tapi hati saya akan mudah tersentuh, terenyuh, dan miris ketika menyaksikan kondisi realitas kehidupan salah satu warga masyarakat itu. Mungkin ini karena jiwa saya selalu ditempa di organisasi yang saya terjuni yang selalu menginginkan kepekaan dan kepedulian terhadap semua kejadian yang terjadi di lingkungan masyarakat kita. Bertepatan tidak beberapa hari lagi kita akan memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 65 yang biasanya akan ada moment mulai penghormatan terhadap para pahlawan mulai dari yang masih hidup sampai yang sudah meninggal dan juga pemberian penghargaan kepahlawanan terhadap yang sudah berjasa dalam membangun negara ini, membangun kehidupan masyarakatnya. Tapi apakah ada sebuah bentuk penghargaan yang dapat diberikan kepada seorang perempuan yang demi keluarga, anak rela mengorbankan hidup dan harga dirinya asalkan keluarga dan anak-anaknya bisa makan dan menyongsong hari esok yang belum tentu dapat mereka lalui. Penghargaan yang dapat kita berikan sudah barang tentu bukan dalam bentuk simbol-simbol tapi dapat dalam bentuk penghargaan menghormati, menghargai dan tidak memandang mereka dengan wajah menghadap kedepan mata melirik kesamping. Karena tanpa kita sadari dibalik pekerjaan yang dijalaninya terdapat sebuah perjuangan dan pengorbanan, perjuangan untuk hidup anak-anaknya dan keluarganya. Yang bagi kita yang dapat memahami dan menghargainya yang dapat mengatakan dia sebagai pahlawan...pahlawan bagi anak-anaknya, bagi keluarganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tulis pesan anda di sini