Sabtu, 19 Juli 2008

MEMBANGUN KESETARAAN PADA TATANAN MULTIKULTURAL

www.pmiimetro.blogspot.com, 10/7/2008, Forum Pelangi Kalimantan Timur (FPKT) kembali melaksanakan agenda diskusinya dengan mengangkat tema “ Pergulatan Empirik Lintas Etnik di Kal-Tim” Diskusi yang berlangsung di Sekretariat LSM Pokja 30 jalan Danau Maninjau No.12 Samarinda itu menghadirkan empat pembicara ahli Roedy Haryo Widjono AMZ, Dosen Antropologi Unmul Arifin, Merah Johansyah Ismail dan Andi Manurung. Dalam penyampaian wacana diskusi itu ketua PC.PMII Samarinda sahabat Bill menjadi moderator yang mengatur jalannya diskusi. Dengan canda guraunya yang khas sembari menyisipkan sedikit bahasa-bahasa ilmiahnya semakin menghidupkan kondisi diskusi malam itu. Diawal pemaparannya Daeng Arifin begitu dipanggil malam itu mengatakan “kita selayaknya membangun kesetaraan pada tatanan multikultural. Untuk membangun ideology multikultural membutuhkan sebuah proses akulturasi”. Kesetaraan adalah basis dalam multikulturalisme dan dalam dimensi kehidupan semua mempunyai ruang dan waktu yang sama serta tidak hanya sekedar berbeda tapi setara dalam tiap perbedaan, tegas daeng Arifin. Kemudian yang tidak kalah menarik pembicara Rudi memaparkan “ada pemetaan kepentingan /etnografi dimana sebaran wilayah dari etno itu sendiri, ada peta konstruksi Negara termasuk peta administratifnya yang mana telah terjadi proses manipulasi dari peta antro ketika Negara ikut campur dalam pemetaan antro tersebut.”. Ditambahkannya pula bahwa rekonstruksi politik kebudayaan muncul dari luar kebijakan, ada political etnict. Celakanya terjadi proses balkanisasi multicultural dan etnik terperangkap dalam peta Administrasi.kata Rudi. Suasana diskusi semakin hidup ketika pembicara Rudi mempresentasikan penelitiannya melalui in-focus berkaitan dengan perjumpaan dan pergulatan lintas etnik di Kalimantan Timur. Pemateri Merah begitu akrab disapa pada saat gilirannya juga memaparkan bagaimana sebuah perbadaan itu dimaknai sehingga tetap terjaga multiculture lintas etnik di Kalimantan Timur. Kemudian pembicara lain Andi Manurung mengupas tentang awal perjumpaan lintas etnis sehingga muncul kemudian sebuah nama baru dari pergulatan etnis itu sebagai bagian dari proses akulturasi. Salah satu audience diskusi yang juga terhimpun dalam pemulung gagasan FPKT yang turut memberikan sumbangsih pengalaman Empi1riknya Abdullah Naim menceritakan pengalamannya ketika obsevasi budaya di Bontang mengatakan bahwa ada terjadi perlawanan etnik local pada setiap pergulatan yang terjadi khususnya pada ritual adat budaya lokal. Pada hujung diskusi pembicara Rudi memberikan pesan pada seluruh peserta “kita sebaiknya jangan terjebak dalam mencari jalan keluar tetapi mari kita bersama mencari jalan masuk yang baik pada pergulatan lintas etnik diKalimantan Timur ini” papar Rudi. (Ramliani)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tulis pesan anda di sini